Thursday, May 6, 2010

Review Serigala Terakhir DVD


Sebenernya gw udah lama pengen banget nonton ni film, cuma karena ga sempet, ya udah keburu ilang dari bioskop deh, alhasil gw nunggu DVD orinya keluar. Nah, akhirnya minggu ini gw dapet tu DVD, tapi sayang banget packagingnya terkesan asal2an, ga ada bedanya ama dvd2 buat FTV. Bayangin aja, sinopsis yang ada di cover belakang aja bisa salah info, kan aneh bgt, gw rasa orang yg bikin sinopsisnya belom nonton ni film deh, ato cuma liat trailernya doank. Coba kalo semua kemasan DVD indo kaya "Pintu Terlarang"nya Joko Anwar, ato minimal kaya DVD keluaran Jive Collection deh, seneng deh gw ngoleksinya. Okelah, ga usah berpanjang2 dengan bentuk fisiknya, gw akan langsung bahas filmnya.

Pertama kali gw denger judul en liat poster filmnya, gw langsung menduga kalo serigala adalah nama geng mereka, tapi ternyata gw salah, bahkan kata serigala sama sekali tidak disebut dalam dialog yang ada di film ini, kecuali oleh suara narator. itupun, seingat gw, hanya satu kali disebut. Film ini bercerita mengenai 5 orang sahabat yang menjadi penguasa di daerah kampung halaman mereka. Pimpinan geng ini adalah Ale (Fathir Muchtar), dan 4 orang lainnya adalah Jarot (Vino Bastian), Lukman (Dion Wiyoko), Sadat (Ali Syakieb), dan Jago (Dallas Pratama). Orang luar tidak bisa sembarangan masuk ke daerah mereka, termasuk kelompok Naga Hitam, sebuah perusahaan rahasia yang bergerak di bisnis ilegal. Naga Hitam adalah musuh besar Ale dan kawan2, karena mereka selalu berusaha untuk menjual obat bius di daerah kekuasaan Ale.

Hingga suatu hari, dalam sebuah pertandingan sepakbola tarkam, Ale dkk berkelahi dengan tim lawan, dan tanpa sengaja Jarot membunuh salah satu lawannya demi menyelamatkan Ale. Jarot ditangkap polisi dan dijebloskan ke penjara. Di penjara, Jarot benar2 kecewa, karena Ale dkk seperti tidak mau peduli dengan nasibnya. Dan, ketika masa hukumannya selesai, akhirnya Jarot bergabung dengan Naga Hitam. Apa motivasinya? Gw yakin semuanya pasti udah langsung berpendapat bahwa ini adalah film dengan cerita yang biasa dan klise, tapi saran gw, jangan berpendapat dulu sebelum benar2 menyaksikan film ini. Ini bukan film murahan pastinya, ini film indonesia yang benar2 berbeda. Salut dengan mba Upi Avianto selaku sutradara. Ga kalah d ama Kathryn Bigelow, yang buat The Hurt Locker (tapi di level film indonesia ya). Kalo ga tau sutradaranya mba Upi, gw mungkin ga akan nyangka kalo yg buat film ini adalah seorang wanita. Apalagi dengan banyaknya kata2 Anj*ng dan B*ngs*t yang bertebaran hampir di setiap adegan, mungkin cuma film Rome Julietnya Andibachtiar Yusuf deh yg bisa nandingin :p

Kelebihan yang cukup menonjol saat gw menyaksikan film ini adalah artistiknya, baik kostum, make up, set lokasi, semuanya pas dan sangat mendukung adegan, ditambah lagi dengan tekhnik sinematografi yang cukup baik, maka gw bener2 bisa menikmati semua adegan di film ini tanpa sekalipun berkomentar,"Ga cocok banget si kostumnya", "Kayanya ni film bujetnya kurang deh", dsb.. salut buat Tim Artistiknya.

Selanjutnya gw akan menyoroti performa para pemainnya. Seperti kebanyakan film indonesia, sering sekali ada kelemahan dalam hal chemistry pemain. Dalam kasus ini, gw ngerasa chemistry antara 5 sahabat ini sangat2 kurang, gw ga ngerasa mereka udah berteman begitu lama, dan bahkan sudah menganggap masing2 sudah seperti saudara. Gw masi liat mereka seperti "pura-pura", bukan "akting". Gw ga akan bahas bedanya "akting" dan "pura-pura" disini, tapi gw harap kalian ngerti. Emang sih, ga gampang untuk ngebentuk sebuah hubungan, apalagi di kehidupan nyata kita ga deket. Butuh waktu reading yang lama, sedangkan biasanya di indo, menurut kenalan gw yang juga sutradara, pemain hanya punya waktu reading ga lebih dari 2 minggu, kecuali mungkin di film2 tertentu. Bisa karena produsernya yang maunya gitu, bisa juga karena kesibukan si artis sendiri, jadi ya susah untuk maksimal. Gw malah lebih suka ama chemistry antara Jarot dan Fatir (Reza Pahlevi) di film ini. Lebih keliatan ada koneksinya, walaupun Fatir adalah seorang yang bisu.

Vino Bastian tetap menjadi best performer di film ini, dia bermain total dan sangat masuk di karakternya, baik dari cara jalan, gestur, maupun emosi yang ditampilkannya. Dibawah Vino, ada Fathir, yang bisa memerankan Ale dengan cukup baik, walaupun agak sedikit kurang garang kalo menurut gw, dan juga, Reza Pahlevi, yang bisa memerankan sosok orang bisu dengan sukup lumayan, Reza bisa memperlihatkan Transformasi tokohnya dengan cukup baik, dari sosok yang lugu, menjadi sosok yang kejam. Dion, Dallas, dan Ali bermain biasa-biasa saja. Fanny Fabriana yang justru mencuri perhatian, dia bisa membuat peran Aisyah jadi lebih dari sekedar pelengkap cerita saja.

Intinya, Serigala Terakhir adalah film indonesia yang cukup layak kalian tonton, baik untuk menambah wawasan tentang film indonesia, atau cuma sekedar menjadi penikmat saja, walaupun, jujur, sepertinya durasinya agak kepanjangan dan bisa berpotensi untuk membuat orang bosen. Setelah menonton film ini, gw jadi ngerti apa yang dimaksud serigala dalam film ini. Kita adalah Serigala bagi diri kita sendiri, selalu ada dendam yang ingin dibalas, dan perangpun tidak akan pernah usai.

Kalau kekerasan menjadi pilihan kita dalam menyelesaikan masalah, kita juga harus siap kehilangan kasih sayang dalam hidup kita, yang pergi bersama orang-orang yang kita sayangi. Karena walaupun kita "menang", kita juga akan sekaligus "kalah", karena kita akan selalu "sendiri".

Tuesday, May 4, 2010

Review IRON MAN 2




SPOILER ALERT! Buat yang belom nonton filmnya, mending jangan baca dulu, takutnya tar jadi ga seru lagi nontonnya hehehe.. Gw juga ga akan bahas sinopsis lagi, so review ini emang ditujukan buat orang2 yang udah nonton film ini.
Seperti film2 box office lain, iron man juga membuat orang2 rela mengantri berjam2 demi mendapat kesempatan untuk menyaksikan film ini di minggu pertama rilisnya, apalagi film ini rilis lebih cepat satu minggu dibanding di negara asalnya. Dan gw juga termasuk yang paling penasaran terhadap kemunculan kedua pahlawan berbaju besi ini. Jujur, sebelum nonton film pertamanya, gw ga terlalu ngikutin ceritanya iron man, gw cuma tau kalo dia punya alter ego Tony Stark, dan tony punya masalah dengan ketergantungan alkohol. Tapi sejak nonton film pertamanya, gw jadi jatuh cinta dengan karakter ini, apalagi yang maenin Robert Downey Jr, sebuah casting yang bener2 PAS.
Tapi setelah nonton seri keduanya hari senen kmrn, gw cukup kecewa dengan hasilnya. Okelah gw tetep puas dengan kemunculan kedua karakter Tony Stark, dengan segala gaya hidupnya, tapi ya cuma itu aja, sisanya serba nanggung. Entah kenapa, gw ngerasa ni film butuh scriptwriter yang lebih bagus. Kalo di film pertama, tujuannya jelas, memperkenalkan sosok seorang iron man beserta asal muasalnya, dan film ini bisa memuaskan penggemar komiknya sekaligus merebut hati orang yang bahkan tidak membaca komiknya, kaya gw ini. Tapi film kedua ini, menurut gw, bener2 hanya ditujukan untuk penggemar komik dan penonton film pertamanya saja. Buat yg ga nonton film pertamanya, gw jamin akan bosen dengan film ini. Intinya Jon Favreau bersama timnya tidak bisa memberikan perkembangan berarti dari segi cerita kepada penonton. Mungkin bagi penggemar komiknya, tetep akan terpuaskan dengan kemunculan beberapa karakter baru yang tidak ada di film pertama, tapi bagi penonton netral, hal ini bisa dibilang masih sangat kurang untuk sekadar dibilang cukup.
Dari segi tema, film ini seperti kue yang tidak dibuat dengan komposisi yang pas. Maksudnya ingin memadukan komedi, drama dan action seperti di film pertamanya, tapi hasilnya agak sedikit kebablasan di sisi komedi, sehingga akhirnya banyak adegan yang menurut gw harusnya bisa dibuang dan diganti oleh adegan lain yang bisa lebih menguatkan karakter tokoh2nya. Karena kebablasan inilah, porsi action jadinya agak berkurang dan penulis naskah sepertinya ingin buru2 menghabiskan cerita di 30 menit terakhir. begitu mudahnya seorang ivan vanko a.k.a whipflash kalah, setelah sebelumnya ia mempertontonkan kekejaman, kepintaran dan kehebatannya.
Dari segi pemain, gw ga akan terlalu bahas pemain lama, karena menurut gw mereka sudah cukup berhasil untuk mengulang perannya seperti di film pertama, tapi inget lho, cuma sekedar mengulang, ga lebih. Nah, gw akan lebih menyoroti para pemain barunya.
Mickey Rourke yang pertama. Sebenarnya dia memiliki modal yang lebih dari cukup untuk menjadi seorang villain. Dari postur tubuh dan wajah sangarnya, serta tatapan matanya, sudah cukup menimbulkan aura kengerian buat gw, tapi sekali lagi sayang, dia tidak punya ruang yang cukup untuk mengembangkan karakternya, sehingga hasilnya, lagi2 tak maksimal. Karakternya nanggung, gesturnya pun sepertinya kurang digarap oleh sang sutradara.
Sam Rockwell cukup bisa membawakan karakter Hammer dengan baik, dia berhasil membuat tokoh yang dia perankan terlihat cukup annoying di mata penonton.
Scarlett Johansson juga berhasil memperindah gambar di film ini dengan baju ketat dan gerakan bela dirinya yang membuat hampir semua lelaki normal berkata,"She's HOT!".
Samuel L. Jackson juga bermain seperti biasanya sebagai Nick Fury, tapi satu hal yang cukup mengganggu gw, adalah pemilihan Don Cheadle untuk menggantikan Terrence Howard. Gw ga tau alesan sebenarnya soal penggantian ini, tapi yang pasti Cheadle gagal untuk menyamai performa pendahulunya itu. Rhodey jadi terlihat terlalu serius dan minim karisma di tangan Cheadle.
Yah, biar gimana, gw tetep ga ngerasa rugi nonton film ini, masih oke lah buat ngeluarin duit untuk beli tiketnya, dan tidak mengurangi kecintaan gw terhadap karakter Tony Holmes atau Sherlock Stark ala Downey Jr ini.
O iya, seperti beberapa film marvel lain yang rilis tahun2 belakangan, film ini juga mempunyai post-credit scene yang memperlihatkan senjata seorang superhero marvel lainnya yang filmnya baru akan dirilis tahun depan. Superhero dengan alter ego Dr. Donald Blake. Tau kan? :p

Score gw buat film ini: 7/10




Mourinho About The Treble


Berikut gw tampilkan berita wawancara dengan Jose Mourinho sehari sebelum Inter akan menghadapi AS Roma di Final Copa Italia 2010. Piala pertama yang harus ia rebut untuk mengejar hasil treble winner. Banyak quote2 inspiratif dari Mourinho dalam setiap wawancara dengannya, well, at least, inspiratif buat gw. Akan gw bold kata2 yg menurut gw inspiratif.

ROME - Whatever Inter end up with at the end of the season, 2009/10 will be a campaign to remember for José Mourinho. "Winning zero titles is neither a drama nor a shame, for us or anyone else," said the Inter coach in his Tim Cup final press conference. "What's important is that you have worked your best. The difference between winning and not winning is small. We have arrived in the final of the Coppa Italia, the final of the Champions League and we're in the race for the Scudetto until the last game, so I don't ask for respect, I demand it. If we have arrived at this stage we don't deserve respect, but we demand it. The woman (Roma president Rosella Sensi) might be a president, might be a graduate, might have been born in a golden cradle, but she should give us respect. If we win three titles, it's historic. If we win two, it's positive. If we win nothing, there's no shame. Italian football, with the irony of destiny, will hope Inter wins in Madrid so it doesn't lose a team in the Champions League."

Inter return to the Stadio Olimpico tomorrow night after their weekend victory over Lazio. "Last Sunday we played with almost the same team that played against Barcelona," said Mourinho. "We took a risk with Sneijder and he won't play tomorrow. And we have lost Lucio as well. We took risks and played our best team. We're not saving players for the final in Madrid. We have games against Chievo and Siena, they are all important games. I have won five league titles and I have never won with difficulty. I have always said that I want the pressure of playing until the last game for the title because it's much better than winning with a lead of 20 points with five games left until the end.

"Sunday at Lazio was a difficult day for me. I knew that I had to win, that I would lose the Scudetto if I didn't. We played in Barcelona and we came to Rome with question marks about several players and I had to prepare a team to play a difficult game. It was a day of pressure for me. If there are two sets of fans who are friends, it's fine. This happens all over the world. This is football. If there's a problem between fans it's not a problem of mine. My players played with the extra pressure of playing every three days: Lazio, the cup final, then Chievo, without stopping. We have played a minimum of ten games more than all the others. It makes me laugh when I hear certain things, because the ex-Inter players always play the games of their lives against us.

"The absence of Sneijder? Inter can play with different systems. We can even change formation, but Stankovic can play in his position. There are no dramas."

The Nerazzurri have a chance to banish the ghost of the fifth of May with a victory over Roma in the cup final, but Mourinho knows it won't be an easy game. "The quality of Roma's players will make the difference. Two years ago they were in the championship race until the end and they did well in the Champions League. Last year they didn't do very well but they played quality football against us. And this year, with their experience and quality, it was clear from the start of the season that they would be a rival. They were quite far behind in the league at the start but it was logical that they would be among the top four teams. Then they improved and took advantage of a period that made me stop doing press conferences, and I think we all know why I stopped going to press conferences...

"It has been a nice season for them. They're in the final of the Coppa Italia and they are fortunate to play it at home in their stadium. In the Europa League, which is not a hard competition to win when you look at the finalists, Roma had a game against Panathinaikos. That was negative but apart from that it has been a good season for them.

"The fifth of May? I remember the fifth of May for one thing: the death of Napoleon Bonaparte. Tomorrow is a match between the two strongest teams in Italy. Me and my players only want to win, nothing else. I hope it's a great match for us and for the Inter fans, who are living a unique moment. The Interisti want to be happy tomorrow and they want to show their support. They are only here to be happy and they will come here with one objective: to win. If we don't, we come home with no problems. The world won't end if we lose.

"When I came to Italy, I received a message that said the Coppa Italia wasn't important, that it is played with players who don't play in the league. I played my first Coppa game with important players. I think I have changed the mentality of the Coppa Italia. We have always respected this competition and we have always played important teams to get to the final. In Portugal, France and England they play on neutral grounds. Here, it's in Rome, but we're not making a drama of this."

If Mourinho does the treble, will he consider himself the greatest manager in the world? "No. I have won three titles in the same season before, so it would be the second time," he responded. "I don't consider myself the best, but one who gives his best and goes home after every game and sleeps well, because I always give my best." And when asked if will remain at Inter at 100%, the Portuguese replied: "No. In football you can't say anything."

Taken from www.inter.it

All Access in Just ONE



Well, ini pertama kalinya gw mencoba untuk nulis di blog, kalo niatnya sendiri sih sebenernya udah lama, cuma kaga dipraktek-praktekin, abis pada dasarnya gw orang yang lebih suka ngomong daripada nulis, abis cape si ngetiknya :p

Tapi ya apa daya, semakin hari, semakin banyak aja yang pengen gw omongin en bicarain tentang hobi gw di bidang film, musik, dan sepakbola, tapi semakin banyaknya topik yang pengen gw omongin, tidak diimbangi dengan semakin banyaknya lawan bicara gw yang bisa gw ajak bicara tentang topik itu, ya udah alhasil mau ga mau gw harus nuangin apa yang gw pikir dan rasakan lewat tulisan di blog gw ini.
Apa yang akan gw masukkan di dalam blog ini ga akan jauh2 dari hobi gw yang tadi udah gw sebutin, bisa review gw tentang film, atlet sepakbola, ato penyanyi, dan bisa juga cuma quote berita yang gw ambil dari media lain, yang gw anggap bisa gw share ke kalian..
Tag line dari blog gw, yang juga sekaligus judul dari blog pertama gw ini "All Access in Just One" udah cukup ngegambarin bahwa blog gw bukan cuma tentang satu tema tertentu aja,tapi yang pasti gw ga akan ngomongin politik dan agama maupun ras disini.
Nama blog gw "thespecialone234.blogspot.com" juga ada maksudnya. Gw adalah seorang interisti yang sangat kagum dengan sosok pelatih Jose Mourinho, dan dia pernah menyebut dirinya "the special one", sedangkan 234 adalah tanggal dan bulan kelahiran gw.
Ya udah, gw ga mau nulis panjang2, just enjoy reading my blog. Sorry kalo tata bahasanya agak ngaco, maklum namanya juga anak baru. Feel free to comment about all of my post..

Regards,
Alvin Salim